Mitos dan Sejarah di Balik Terbentuknya Motif Batik, Apa Saja?

- Senin, 3 Oktober 2022 | 14:03 WIB
Mitos dan Sejarah di Balik Terbentuknya Motif Batik, Apa Saja? (Pixabay/masbebet)
Mitos dan Sejarah di Balik Terbentuknya Motif Batik, Apa Saja? (Pixabay/masbebet)

BLORA.SUARAMERDEKA.COM - Batik merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang memiliki nilai seni tinggi dan punya cerita filosofis di balik setiap ukiran motifnya.

Motif dan model busana batik kini kian beragam. Batik-batik tersebut memiliki ciri khasnya tersendiri tergantung dari mana motifnya berasal.

Dari banyak ragam motif batik, terdapat beberapa yang mengandung mitos dan sejarah di dalamnya, berikut di antaranya melansir dari akun instagram @asumsico.

Baca Juga: 18 Kode Promo Gojek, GoRide, GoCar, GoFood, GoShop, 3 Oktober 2022, Dapatkan Cashback Hingga 50 Persen

1. Corak Batik Udan Liris
Dulu motif batik yang satu ini merupakan motif larangan dilingkup Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Motif batik ini hanya diperkenankan untuk dipakai oleh keluarga kerajaan.

Batik motif udan liris ini lahir ketika Pakubuwono III menjalani laku teteki atau disebut juga ibadah mati raga.

Kemudian tiba-tiba datang hujan gerimis dan angin bertiup, suasana inilah yang mengilhami Pakubuwono III menciptakan motif batik udan liris pada pertengahan abad ke-18.

Baca Juga: Mantan Karyawan Leslar Entertainment Beri Pengakuan Mengejutkan Terkait Kasus KDRT Rizky Billar

2. Motif Batik Teruntum
Motif ini dibuat oleh Kanjeng Ratu Beruk, selir dari Pakubuwono III (bertahta 1749-1788) di Kraton Surakarta.

Motif teruntum merupakan refleksi dari sebuah harapan, walaupun langit malam tiada bulan, masih ada bintang sebagai penerang selalu ada kemudahan di setiap kesulitan. Sekecil apapun kesempatan ia tetap bernama kesempatan.

3. Motif Batik Sido Luhur
Motif ini dibuat oleh Ki Ageng Henis, kakek dari panembahan Senopati (pendiri kerajaan Mataram Islam di Kota Gedhe, Yogyakarta).

Baca Juga: Anies Baswedan Resmi Diusung Partai NasDem Sebagai Capres 2024

Motif ini dibuat khusus untuk anak keturunannya dengan harapan agar si pemakainya memiliki hati dan pemikiran luhur sehingga hidupnya bermanfaat bagi masyarakat banyak.

Motif ini kemudian dimanifestasikan oleh Nyai Ageng Henis ke dalam lembaran kain (dicanting). Mitosnya Nyi Ageng selalu menahan nafas dalam mencanting sampai habisnya malam (lilin yang digunakan untuk membatik) dalam canting tersebut.

Halaman:

Editor: Nurdian Ghufron

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X