Dalam waktu sekejap bak mandi dan tempat wudu itu penuh air. Santri lain pun hanya bengong.
Cerita soal kejadian itu dalam sekejap sudah diterima Sunan Kudus.
Demi menjaga kewibawaan dan keberlangsungan belajar para santri, sang guru menganggap dia salah. Dia pun sepantasnya dihukum.
Sunan Kudus pun meminta Saridin meninggalkan perguruan Kudus dan tak boleh lagi menginjakkan kaki di bumi Kudus.
Vonis itu membuat Saridin kembali berulah. Dia unjuk kebolehan.
Tak tanggung-tanggung, dia masuk ke lubang WC dan berdiam diri di atas tumpukan ninja. Pagi-pagi ketika ada seorang wanita di lingkungan perguruan buang hajat, Saridin berulah.
Dia memainkan bunga kantil, yang dia bawa masuk ke lubang WC, ke bagian paling pribadi wanita itu.
Karena terkejut, perempuan itu menjerit. Jeritan itu hingga menggegerkan perguruan. Setelah sumber permasalahan dicari, ternyata itu ulah Saridin.
Begitu keluar dari lubang WC, dia dikeroyok para santri yang tak menyukainya.
Dia berupaya menyelamatkan diri. Namun, para santri menguber ke mana pun dia bersembunyi.
Lagi-lagi dia menjadi buronan. Selagi berkeluh kesah, menyesali diri, dia bertemu kembali dengan sang guru sejati, Syekh Malaya.
Sang guru menyatakan Saridin terlalu jumawa dan pamer kelebihan.
Untuk menebus kesalahan dan membersihkan diri dari sifat itu, dia harus bertapa mengambang atau mengapung di Laut Jawa.
Padahal, dia tak bisa berenang. Syekh Malaya berlaku bijak. Dua buah kelapa dia ikat sebagai alat bantu untuk menopang tubuh Saridin agar tak tenggelam.***
Artikel Terkait
Kasus Korupsi Bank Jateng Cabang Blora Dilimpahkan Kejaksaan, Tersangka Segera Disidang
ISTIMEWA! Ramalan Weton Jawa yang Didampingi Khodam Sunan Kalijaga, Anda Salah Satunya?
Sejarah dan Karomah SUNAN GUNUNG JATI, Diantaranya Bisa Keluarkan Penyakit Tumor Tanpa Operasi