BLORA.SUARAMERDEKA.COM - Ratusan warga yang terdiri dari kelompok tani hutan menggerudug gedung DPRD Blora, Rabu (20/7/2022).
Diawali dengan longmarch dari lapangan Kridosono menuju gedung legislator Blora.
Dalam aksinya, mereka menuntut keadilan atas pengelolaan kawasan hutan yang dinilai tidak berpihak kepada para petani hutan.
Selain itu muncul adanya peta petak lahan garapan di dalam kawasan hutan sosial. Pengakuan salahsatu petani hutan dari Desa Kalisari, Kelurahan Randublatung, Yadi, 70, mengatakan jika dalam 10 tahun terakhir lahan garapannya yakni di kawasan hutan sosial berkurang usai munculnya peta petak lahan garapan itu.
Baca Juga: Kronologi Pesawat Tempur Jatuh di Blora: Kesaksian Warga hingga Ditemukannya Puing Pesawat
"Sebelumnya hampir 1 hektar, sekarang 200 meter persegi saja tidak ada," ujar Yadi. Dikatakannya, selama ini ada oknum yang mengatasnamakan Perhutani kemudian membagi atau memetak-metakkan lahan hutan.
Hal itu pun akhirnya berimbas kepada luasan lahan garapannya. "Dari mandor hutan (perhutani) yang membagi atau memetak-metakkan lahan, sekarang semua orang bisa garap lahan itu (hutan sosial)," katanya.
Diketahui, Yadi adalah salahsatu warga pinggiran hutan dan selama berpuluh tahun memang menggantungkan hidup dari hasil bertani di lahan hutan.
"Padahal saya juga bayar pajak, kog semena-mena langsung main memetak-metakkan tanpa melihat nasib kami ke depan," ujarnya.
Baca Juga: Black Box Pesawat Tempur yang Jatuh di Blora Ditemukan, Kondisinya Seperti Ini
Artikel Terkait
Lokasi Jatuhnya Pesawat Golden Eagle di Blora, Berada di Lahan Garapan Petani Hutan, Jauh dari Pemukiman
Tim Basarnas Rembang Ikut Diterjunkan Bantu Evakuasi Pesawat Golden Eagle yang Jatuh di Blora
Kondisi Jenazah Pilot Pesawat yang Jatuh di Desa Nginggil Blora, Bagian Pesawat Sampai Masuk ke Dalam Tanah
Black Box Pesawat Tempur yang Jatuh di Blora Ditemukan, Kondisinya Seperti Ini
Kronologi Pesawat Tempur Jatuh di Blora: Kesaksian Warga hingga Ditemukannya Puing Pesawat